Rasulullah SAW adalah merupakan utusan Allah SWT yang diciptakan untuk menyampaikan risalah Islam kepada seluruh manusia. Dalam perjalanan Rasulullah SAW menyampaikan ajaran Islam tidaklah berjalan dengan lancar seperti apa yang kita bayangkan, namun dalam tahap penyebarannya Rasulullah SAW mengalami berbagai rintangan dan tantangan yang harus beliau lalui. Pertentangan – pertentangan ini dilakukan oleh berbagai kalangan tak terkecuali adalah dari pihak keluarga Rasulullah sendiri, seperti halnya yang telah dilakukan oleh Abu Lahab beserta istrinya yang dimana mereka adalah merupakan keluarga Rasulullah SAW.
Pertentangan ini sejatinya wajar terjadi, karena yang dibawa oleh Rasulullah adalah merupakan hal atau ajaran baru, yang dimana ajaran ini bertentangan dengan apa yang telah mengakar pada kebiasaan kaum Quraisy pada saat itu, ataupun bertentangan dengan tradisi – tradisi Bangsa Arab pada saat itu. Tetapi Rasulullah tidak lantas begitu saja menyerah akan kondisi, meskipun ada dari pihak keluarga yang menentang masyarakat sekitar yang memusuhi, hal itu tidak menyurutkan nyali Rasulullah untuk lantas meninggalkan penyebaran agama Islam yang telah diembankan kepada beliau. Caci–maki, serangan fisik dan pemboikotan adalah merupakan hal pernah beliau dapatkan ketika mencoba menyerukan Islam ditengah masyarakat. Pertarungan antara yang haq (Islam) dan kekufuran sudah sepatutnya terjadi, dan pertarungan ini bukanlah hanya terjadi pada masa Rasulullah yang notabene pada saat itu umat islam masih diemban oleh segelintir orang saja, melainkan pertarungan antara yang haq dan kekufuran akan terus terjadi hingga akhir kehidupan nanti tak terkecuali pada saat ini.
Tapi apakah pada saat ini kita sudah menerima seperti apa yang telah Rasulullah terima ketika menyerukan ajaran Islam ditengah masyarakat? Apakah hari ini kita telah mendapatkan caci–maki, serangan fisik ataupun pemboikotan saat kita mencoba menyerukan Islam dan membenturkannya pada kekufuran yang saat ini terjadi? Apabila pada hari ini kita tidaklah mendapatkan caci–maki, serangan fisik ataupun pemboikotan dan minimal adalah kebencian masyarakat atas apa yang kita sampaikan, maka seharusnya kitalah yang harus mengintrospeksi akan jalannya dakwah kita.
Apabila dakwah yang kita sampaikan tidaklah mengusik tradisi masyarakat, adat–istiadat atau peraturan yang bertentangan dengan Islam, sejatinya kita telah berkeinginan untuk berada pada zona nyaman. Kita merasa nyaman dengan apa yang kita dakwahkan karena tidak ada pertentangan oleh masyarakat terhadap apa yang kita sampaikan. Kita hanya menyuarakan Islam sesuai dengan kondisi masyarakat, mengkompromikan Islam itu sendiri dengan peraturan–peraturan yang sebenarnya justru bertentangan dengan islam. Tapi apakah ini seperti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada kita, apakah Rasulullah mencoba mengkompromikan Islam dengan adat–istiadat pada saat itu? Tidak!!! Rasulullah tidak pernah melakukan kompromi sedikitpun dengan segala yang bertentangan dengan Islam. Rasulullah tidak mengkopromikan Islam dengan kekufuran walaupun resikonya adalah pertentangan dan pemboikotan yang diterima oleh Rasulullah SAW. Itulah bisa kita katakan Rasulullah keluar dari zona nyaman demi mendakwahkan Rasulullah.
Maka seharusnya pada saat ini kita harus keluar dari zona nyaman, kita harus menegakkan Islam dan mencampakkan segala jenis kekufuran, dan juga tidak mengkompromikan Islam dengan aturan yang bertentangan dengan islam. Karena sejatinya Islam tidak akan tegak apabila kita berada pada zona nyaman, dan islam hanyalah akan tegak melalui perjuangan dan pergorbanan. Wallahu’alam bi shawab [Anto/mrzk]