Pemuda Dan Perubahan

perubahandarahmudamuslim – Pemuda, banyak yang mengatakan adalah simbol dari kekuatan dan semangat. Semangat yang muncul dari pemuda memang membuat perbedaan dari tingkatan usia yang lebih darinya. Namun banyak pemuda yang tidak memahami hakikatnya sebagai pemuda. Pemuda hari ini menunjukkan penyelewengan akan hakikatnya sebagai pelopor dan pembawa perubahan. Banyak faktor yang mempengaruhi pemuda melepaskan atau dapat dikatakan lari dari tugasnya sebagai jiwa muda pembawa perubahan. Diantara faktor tersebut adalah para pemuda terbius dalam kehidupan yang liberal nan hedonis. Padahal kemampuan yang dimiliki pemuda sangatlah mengagumkan.

Tokoh dunia banyak yang mengagumi pemuda sebagai pembawa perubahan. Hal ini dibuktikan dengan statement yang diucapkan oleh tokoh-tokoh dunia terhadap pemuda, lihatlah apa yang diucapkan mereka tentang pemuda:

soekarno1“Berikan aku 1000 orangtua akan ku cabut Semeru dari akarnya, dan berikan aku 10 pemuda maka akan ku guncangkan dunia”.

Ir. Soekarno (Proklamator)

umar ibn khattab“Ketika aku mendapatkan masalah besar yang pertama ku panggil adalah pemuda

 Umar bin Khatab (Khalifah kedua umat Islam)

Kekaguman tersebut bukanlah tanpa dasar, melainkan kekaguman tersebut muncul karena fakta-fakta yang ada membuktikan betapa dahsyatnya peran pemuda dalam menyongsong perubahan. Fakta-fakta sejarah menunjukkan sesuatu yang sangat mencengangkan. Dari sekian nama yang tercatat dalam menentukan sebuah perubahan di dominasi oleh pemuda. Lihatlah perlawanan para pejuang Indonesia, selain para Kiyai dan Pasukan Militer, pasti yang menjadi perhatian pihak musuh adalah pemuda negeri ini yang ketika itu menggetarkan pihak musuh. Bahkan ketika perang Jawa yang di pimpin oleh Pangeran Dipenogoro membuat pihak Belanda gentar dan mengalami kebangkrutan yang cukup besar dan korban tewas tentaranya mencapai ribuan. Yang menjadi pertanyaannya siapa yang menjadi komandan pasukan yang mampu melakukan itu? Jawabnya adalah Sentot sang pemuda yang berjiwa ksatria dan tak takut mati.

Pada tahun 1453, dunia digemparkan dengan tertakluknya kota paling berpengaruh di dunia sekaligus ibukota Romawi Timur yakni Konstantinopel di tangan kaum muslimin. Padahal Konstantinopel kala itu dapat dikatakan sebagai negara adidaya dengan persenjataan yang paling lengkap di zamannya dan dilengkapi dengan tingkat keamanan yang cukup ketat dan wilayah strategis untuk perdagangan Internasional. Namun, berhasil pula ditaklukkan oleh pemuda sekaligus pemimpin kaum muslimin kala itu yakni Sultan Muhammad II atau biasa dikenal dengan Sultan Muhammad Al-Fatih. Lagi lagi pelakunya adalah pemuda!

Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah benarkah bahwa pemuda zaman ini telah menjadi generasi yang membawa perubahan?

Jawabannya ada pada pemuda hari ini. Jika memang pemuda hari ini mampu memahami kekuatan yang terpendam di dalam dirinya niscaya ialah pembawa perubahan tersebut. Namun jika pemuda hari ini masih menjadi generasi yang hanya mampu ‘membebek’  tanpa tahu tujuan hidupnya maka dapat dipastikan ia gagal sebagai generasi pembawa perubahan.

Waktu terus berjalan tanpa menghiraukan dan menunggu siapapun. Namun waktu akan menuliskan siapa yang telah membuat perubahan! Semua orang akan menjalani masa-masa menjadi pemuda namun tak selamanya label pemuda itu disematkan pada setiap orang. Jika pemuda hari ini tidak mampu memanfaatkan waktu untuk menyiapkan diri sebagai pelaku utama untuk menjadi generasi emas yang nama-namanya dituliskan dalam sejarah dan akan dikenang sepanjang masa maka sia-sialah masa mudanya dan penyesalanpun akan melanda. Usia terus bertambah namun itu hanyalah usia biologis, bahkan secara biologis manusia akan mengalami kematian. Namun sejarah hanya akan mencatat manusia yang ketika masa mudanya memanfaatkan waktu dengan menyiapkan diri dan menjadi pemuda yang membawa perubahan bagi sekitarnya sehingga ketika usianya bertambah hingga kematian menjemputnya namanya akan terus dikenang dan dijadikan inspirator oleh sekitarnya.

Jadilah pemuda yang berani mengambil peran sebagai pemuda pembawa perubahan!

Mental Penakluk : Shalahuddin Al-Ayyubi

alayyibiSejarah umat Islam mencatat dengan gemilang kisah heroik Shalahuddin Al-Ayyubi membebaskan tanah Palestina dari Kingdom of Jerussalem. Shalahuddin dibesarkan di keluarga yang kokoh aqidah dan imannya bahkan Shalahuddin kecilsudah dibentuk mental penakluknya oleh sang ayah. Berikut kisahnya

Suatu hari Shalahuddin Al-Ayyubi kecil didapati ayahnya tengah bermain bersama anak-anak tetangga. Ayahnya kemudian mengambil lalu menggendongnya seraya menggerutu: “Aku tidak menikahi ibumu, dan ibumu tidak melahirkanmu cuma untuk bermain bersama anak-anak lain. Aku nikahi ibumu, agar anaknya menjadi pembebas Masjid Al-Aqsa!”

Sang ayah lalu menurunkan Shalahudin kecil dan melihat anaknya seolah menahan tangis. Ia

berkata: “Apa kamu tersinggung? Kamu sakit hati?”.

Shalahudin mengatakan lirih, “iya”.

“Lalu kenapa kamu tidak berteriak menangis seperti anak-anak kecil pada biasanya”

“Seorang pembebas Masjid Al-Aqsa tidak pantas berteriak menangis dan terisak”, ucap Shalahudin.

diterjemah dari page We The Revolutionaries of This Ummah.

Mental Panakluk telah ditanamkan sejak kecil. Peran orangtua menjadi sangat menentukan saat pembentukan tersebut. Oleh karena itu, sepantasnyalah sejak dini ditanamkan  kepada generasi umat Islam yang kelak akan membawa kebangkitan Islam. [mrizki]